“Mereka bertugas mengurus keluarga TNI yang ikut hijrah ketika tidak semua anak istri tentara pergi bersama keluarganya,” ucapnya.
Selain itu, anggota Laswi juga telah bersiap menjelang datangnya Belanda ke Yogyakarta untuk Agresi Militer II. Serangan pasukan Belanda ini menghancurkan markas Laswi di Gondokusuman 35.
Karena markasnya hancur, Yetty, anggota Laswi dari daerah Magelang terus mengirimkan obat, buku bacaan, makanan. Yetti kemudian menjadikan rumah di daerah Kotabaru dekat kolam renang Umbang Tirto.
Anggota Laswi lainnya yang ada di Yogyakarta dan tidak ikut mengungsi pun bertugas di dapur umum, menjadi palang merah di dalam kota, atau menjadi kurir bekerja sama dengan TNI meloloskan bahan makanan untuk rakyat.
Pasca Agresi Militer II, Laswi yang telah terintegrasi dalam badan-badan perjuangan memilih membubarkan diri pada 1949. Walau beberapa anggota Laswi tetap berperan dalam masyarakat seperti guru, ibu rumah tangga, hingga profesi lainnya. (int)