Kabar Redaksi

Menjaga Tradisi di Tengah Arus Globalisasi

Menjaga Tradisi di Tengah Arus Globalisasi
tradisi lokal bermain angklung (dok tebuireng)

SURABAYA, PustakaJC.co - Sebagai seseorang yang tumbuh di sebuah desa kecil di Jawa, saya merasakan betul bagaimana tradisi dan budaya lokal membentuk identitas masyarakat. Di lingkungan saya, yang mayoritas penduduknya masih memegang teguh ajaran leluhur, tradisi bukan hanya menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, tetapi juga sebagai dasar dari moralitas dan tata nilai dalam berinteraksi.

 

Namun, seiring berjalannya waktu dan semakin kuatnya pengaruh globalisasi, banyak nilai-nilai tradisional yang mulai terkikis. Di kota-kota besar, budaya lokal sering dianggap kurang relevan dan lebih banyak ditinggalkan demi mengikuti tren atau gaya hidup modern.

 

Salah satu contohnya adalah semakin jarangnya generasi muda yang berpartisipasi dalam upacara adat atau kegiatan budaya di desa. Hal ini bisa dilihat dari semakin berkurangnya jumlah pemuda yang mau ikut serta dalam kegiatan gotong royong, perayaan hari-hari besar adat, atau pun penyelenggaraan upacara keagamaan yang telah dilakukan sejak ratusan tahun lalu.

 

Sebagian besar dari mereka lebih tertarik dengan teknologi, media sosial, atau hal-hal yang berhubungan dengan kemajuan zaman. Ironisnya, meskipun teknologi dan media sosial memberikan banyak manfaat dalam hal konektivitas dan akses informasi, mereka sering kali justru memisahkan kita dari akar budaya kita sendiri.

Baca Juga : Program MBG, Revolusi Gizi di Indonesia
Bagikan :