Kabar Redaksi

Hari Ibu, Ketika Gerakan Perempuan Telah Melampaui Zamannya

Hari Ibu, Ketika Gerakan Perempuan Telah Melampaui Zamannya
dok wikiwow

 

Seperti Apa Sejarah Hari Ibu di Negeri Ini?

Setelah kemerdekaan, kongres ini dianggap penting. Presiden Soekarno mengenang semangat perempuan dalam pergerakan nasional demi perbaikan kehidupan perempuan era kolonial itu.

 

Maka, pada 22 Desember 1959, dalam peringatan kongres ke-25, melalui Dekrit Presiden RI No.316 Tahun 1959, Bung Karno menetapkan setiap tanggal 22 Desember diperingati sebagai: Hari Ibu.

 

Namun sejak itu, kongres perempuan telah tercampur dengan motif politik, sehingga mulai tidak populer bagi organisasi perempuan muda. Federasi perempuan yang terus dibentuk pun tidak mewakili semangat seperti gerakan perempuan pada tahun 1928.

 

Akhirnya pada masa Presiden Soeharto, semangat revolusioner perempuan mulai dipudarkan. Definisi ibu pun memiliki makna baru oleh Soeharto, seperti dalam pidatonya: ibu adalah ibu bangsa, ibu adalah yang melahirkan anak, dan ibu adalah seorang istri atau pendamping suami.

 

"Sejak masa Orde Baru-lah peran ibu didepolitisasi. Yang tercipta sejak saat itu adalah ibu borjuasi yang subordinasi suami, tidak lagi progresif, sehingga ibu dalam kaitan dengan hari ibu tidak lagi berasosiasi dengan pergerakan politik," ungkap Ruth Indiah Rahayu, aktivis, peneliti, dan manajer program Institut Kajian Krisis dan Strategi Pembangunan Alternatif (Inkrispena) yang dikutip dari Tirto.

 

Mungkin nama Hari Ibu tidak mudah bila digantikan dengan Hari Pergerakan Perempuan. Namun, setidaknya harus ada upaya untuk memaknai Hari Ibu secara lebih luas yaitu sebagai gerakan para perempuan menuntut hak-haknya, berjuang untuk kesetaraan, keadilan dan nasionalisme. (int)

Baca Juga : Manager IT PustakaJC.co Lepas Masa Lajang
Bagikan :