Semula Kris ingin membangun kedai kopi di tepi Sungai Bedadung. Namun keinginan itu ditutupnya rapat-rapat, karena terlalu berisiko dan mahal. Saat musim hujan tak ada yang bisa menerka sampai sejauh mana air sungai akan naik. Selain itu butuh ongkos tak sedikit untuk membangun bangunan di sana. Opsi menyewa tempat dibuang jauh-jauh, karena tak ada persewaan lokasi murah di area sekitar kampus di kawasan Tegalboto.
Saat ngobrol di kolong jembatan Mastrip, ide itu pun muncul: kenapa tidak memanfaatkan tempat tersebut. Kris sudah sangat mengenal kolong jembatan itu. Setiap kali berarung jeram di Sungai Bedadung bersama kawan-kawannya, ia selalu mendarat di sana. Jam tiga sore, angin semilir membuat kolong jembatan itu sejuk.
Tekad sudah terpatri. Masalahnya, kolong jembatan itu masih kumuh karena digunakan sejumlah pemulung untuk meletakkan barang-barang. Kris pun mendekati mereka dan mengutarakan niatnya menjadikan kolong jembatan sebagai tempat mencari rezeki. Para pemulung itu pun bersedia memindahkan barang-barang dari sana. Berikutnya, Kris menghubungi ketua rukun tetangga dan rukun warga setempat untuk meminta izin. Keduanya mempersilakan asalkan kondisi terang-benderang.