Komposisi pun tercipta dengan formasi Redy, Rayhan, Aak, Jhon Arief, Ali, dan juga Trie Utami. Dewa Budjana dilibatkan untuk membuat tambahan komposisi bernuansa spritual, sebuah lagu diciptakan berjudul Padma Swargantara.
Hal inilah yang terwujud dalam sebuah kegiatan Borobudur Cultural Feast yang berupaya membangun kembali sprit gotong royong masyarakat di desa-desa sekitar Candi Borobudur, pada 2016 lalu.
Dengan harapan menjadi momentum membuka kotak pandora ilmu pengetahuan yang selama ini tersimpan rapi di dalam Candi Borobudur lebih dari satu milenium lamanya. Sehingga tidak hanya “Kapal Borobudur” yang bisa diwujudkan, tetapi kemeriahan pesta musik pada relief ini juga.
“Di musikalisasikan dan di aransemenkan dalam suatu sampel musik yang membahana Nusantara bahkan dunia kelak,” ucap Dwi.
Dalam hal ini semakin jelas, relief Candi Borobudur maupun candi-candi lainnya adalah dokumentasi sezaman. Namun khasanah budaya Nusantara tidak boleh hanya menjadi kisah usang, namun harus memberi kontribusi nyata pada masa kini dan mendatang. (int)