Merujuk dari tulisan Yusak Anshori dalam buku Jalan-jalan Surabaya: enaknya ke mana? menyatakan nama Darmo telah tertulis dalam Serat Pararaton karya Empu Tantular. Ini berarti kawasan ini tersebut telah lama disebut sebagai Darmo.
Sedangkan dalam versi lain disebutkan nama ini berasal dari seorang tuan tanah pribumi yang menjadi penguasa kawasan tersebut. Namun, ada juga yang mengatakan bahwa Darmo adalah nama seorang jongos (pesuruh pria) seorang Belanda.
Cerita lain menyebutkan bahwa Darmo bermakna darma atau dalam bahasa Jawa berarti kewajiban, undang-undang, candi, kuburan, atau tempat suci. Bisa dikatakan, bahwa Darmo merupakan bentuk ketaatan seorang manusia kepada Tuhan Yang Maha Esa.
"Apa pun kita tidak mempermasalahkan karena nama Darmo telah menjadi trand mark Surabaya," tulisnya.