Tokoh

KH Abdul Wahid Hasyim Asy'ari dalam Buku Sang Mujtahid Islam Nusantara (17)

Perjalanan dan Pelajaran Keilmuan yang Mencerahkan

Perjalanan dan Pelajaran Keilmuan yang Mencerahkan
Pesantren Tebuireng

 

Pak Lurah menjawab dengan bangga: “Iya, Gus. Mereka tak hanya menjual hasil panen sendiri, tapi juga dari kampung sebelah. Mereka mulai belajar bagaimana berdagang dengan baik.”

 

Seketika, beliau tersenyum puas. Beliau memahami bahwa kemajuan ekonomi adalah bagian dari dakwah. Bagi beliau, Islam bukan hanya soal ibadah ritual, tetapi juga kesejahteraan umat.

 

Di bagian ini, Aguk menunjukkan bahwa perjuangan K.H. Abdul Wahid Hasyim tidak hanya di ranah pemikiran, tetapi juga aksi nyata. Beliau tidak hanya berbicara soal tauhid dan fiqh, tetapi juga bagaimana umat Islam bisa mandiri secara ekonomi.

 

Buku Sang Mujtahid Islam Nusantara membuka mata kita bahwa Islam di Indonesia telah berkembang dengan karakteristiknya sendiri Islam yang lembut, penuh hikmah, dan selalu mencari keseimbangan antara tradisi dan modernitas.

 

K.H. Abdul Wahid Hasyim adalah contoh nyata bahwa seorang ulama tidak hanya berperan dalam keagamaan, tetapi juga dalam politik, pendidikan, sosial, dan ekonomi. Beliau memahami bahwa perubahan zaman tidak bisa dihindari, tetapi bisa diarahkan dengan kebijaksanaan.

 

Aguk menutup bukunya dengan kuat, seolah mengingatkan kita bahwa perjuangan belum selesai. K.H. Abdul Wahid Hasyim telah melakukan bagiannya, dan kini giliran kita. Islam Nusantara bukan sekadar istilah, melainkan sebuah warisan besar yang harus dijaga dan dikembangkan.

Baca Juga : Dari Rasa Takut Hingga Podium Juara di Sirkuit Bulutangkis Surabaya
Bagikan :