Dalam sebuah diskusi, Aguk menjelaskan,
“Saya ingin pembaca memahami bahwa Islam Nusantara bukan sekadar istilah. Ini adalah hasil pergulatan panjang antara pemikiran, tradisi, dan tantangan zaman. K.H. Abdul Wahid Hasyim adalah salah satu pelopor yang berjuang menjaga keseimbangan itu.”
Kepulangan K.H. Abdul Wahid Hasyim ke Tebuireng membawa banyak perubahan. Salah satu peristiwa yang menarik adalah ketika beliau memilih mengenakan celana panjang saat sholat.
Seorang santri dengan nada ragu bertanya, “Gus, apakah memakai celana dalam sholat itu diperbolehkan?”
K.H. Abdul Wahid Hasyim tersenyum, lalu menjawab, “Kenapa tidak?”
Santri itu masih tampak bingung. “Tapi bukankah kita selalu memakai sarung?”
Dengan nada tenang namun penuh keyakinan, beliau menjelaskan, “Di banyak negara Muslim lain, kaum Muslimin sholat dengan celana panjang. Bahkan di Makkah, aku melihat sendiri betapa beragamnya cara berpakaian mereka. Yang penting adalah menutup aurat dan menjaga kesopanan. Islam itu luas, tidak sempit.”