Tokoh

KH Abdul Wahid Hasyim Asy’ari dalam Buku Sang Mujtahid Islam Nusantara (16)

Pemikiran, Diplomasi, dan Warisan bagi Nusantara

Pemikiran, Diplomasi, dan Warisan bagi Nusantara
Dok inspira

 

Dalam sebuah percakapan yang berlangsung penuh ketegangan, Soekarno bertanya, “Kiai Wahid, bagaimana panjenengan melihat perbedaan yang ada? Bukankah kita harus mencari titik temu agar persatuan tetap terjaga?”

 

Kiai Wahid menatap sekeliling, menyusun kata-kata dengan hati-hati sebelum menjawab dengan suara tegas, “Bung Karno, persatuan adalah hal yang kita dambakan, tetapi persatuan yang sejati adalah yang berakar pada prinsip dan keyakinan. Islam telah lama menjadi ruh Nusantara, dan tidak seharusnya kita mengabaikannya hanya demi kompromi politik yang bisa melemahkan identitas bangsa. Saya bukan menolak persatuan, tetapi saya ingin memastikan bahwa persatuan ini memiliki fondasi yang kuat. Jika kita hanya berkompromi tanpa mempertahankan prinsip, maka persatuan itu akan rapuh dan mudah goyah.”

 

Ruangan itu sunyi sesaat. Para peserta rapat saling berpandangan. Perdebatan mulai muncul, beberapa mengangguk setuju, sementara yang lain tampak ragu. Mohammad Hatta akhirnya angkat bicara, “Kita harus mencari solusi agar semua pihak dapat menerima tanpa merasa dirugikan. Apa usulan konkret dari panjenengan, Kiai Wahid?”

Baca Juga : Tumbuh di Lingkungan yang Baik
Bagikan :