Tokoh

Kh Abdul Wahid Hasyim Asy'ari dalam Buku Sang Mujtahid Islam Nusantara (15)

Perpisahan yang Mengubah Segalanya, Ziarah makam Rosulullah, dan Perjuangan NU

Perpisahan yang Mengubah Segalanya, Ziarah makam Rosulullah, dan Perjuangan NU
Kiai Wahid Hasyim saat mahasiswa (dok civitas academika tebuireng)

 

Ilyas yang mendengar itu langsung meradang. “Bagaimana mungkin? Rasulullah adalah junjungan kita! Mengapa kita dilarang menghormati beliau?” katanya dengan penuh kekecewaan.

 

Namun, prajurit itu tetap tegas. “Pergi dari sini, atau kami akan mengusir kalian!”

 

 Dengan hati yang berat, Wahid dan Ilyas melangkah pergi. Setelah cukup jauh, Ilyas tidak bisa menahan emosinya.

 

“Wahid, ini sungguh menyakitkan. Mereka mengaku pengikut Rasulullah, tapi mereka memperlakukan makam beliau seperti ini!” katanya dengan nada getir.

 

Wahid menatap langit Madinah yang kelam. “Ini adalah pelajaran bagi kita, Ilyas. Cinta kepada Rasulullah bukan sekadar ziarah fisik, tetapi bagaimana kita meneladani akhlaknya dan menjaga ajarannya.” Katanya dengan penuh perenungan.

 

Malam itu, Wahid berjanji dalam hatinya, ilmu yang Beliau  dapat di tanah suci ini akan beliau bawa pulang. Islam Nusantara harus tetap menjadi Islam yang ramah, penuh kasih, dan tetap berakar pada kecintaan kepada Rasulullah.

 

Setelah satu tahun menimba ilmu di Hijaz, Wahid kembali ke Indonesia pada tahun 1933. Beliau pulang bukan hanya dengan ilmu, tetapi juga dengan kesadaran akan pentingnya menjaga Islam yang damai dan toleran.

Baca Juga : Kenangan Momen Berat saat Perankan Sosok BJ Habibie
Bagikan :