Tokoh

Kh Abdul Wahid Hasyim Asy'ari dalam Buku Sang Mujtahid Islam Nusantara (15)

Perpisahan yang Mengubah Segalanya, Ziarah makam Rosulullah, dan Perjuangan NU

Perpisahan yang Mengubah Segalanya, Ziarah makam Rosulullah, dan Perjuangan NU
Kiai Wahid Hasyim saat mahasiswa (dok civitas academika tebuireng)

Oleh: Ivan Febriyanto

SURABAYA, PustakaJC.co – Buku Sang Mujtahid Islam Nusantara adalah karya dari Aguk Irawan MN, seorang penulis yang dikenal dengan gaya naratifnya yang kuat dan penelitiannya yang mendalam terhadap tokoh-tokoh Islam Nusantara. Dalam buku ini, Aguk tidak sekadar menulis biografi, tetapi juga merajut sejarah, nilai-nilai perjuangan, dan esensi kepemimpinan K.H. Abdul Wahid Hasyim sebagai seorang ulama, intelektual, dan negarawan.

 

Tahun 1932, pagi itu terasa lebih dingin dari biasanya di Jombang. Embun masih menempel di daun-daun tebu, dan semilir angin membawa kesejukan yang menggigit. Di dalam pesantren Tebuireng, Kiai Hasyim Asy’ari duduk bersila di atas sajadahnya. Pandangannya lembut, tetapi penuh wibawa. Di hadapannya, Abdul Wahid Hasyim, putranya yang baru berusia 18 tahun, bersimpuh dengan penuh takzim. Hari itu, sebuah perjalanan besar akan dimulai.

 

“Wahid, perjalananmu ini bukan sekadar mencari ilmu. Ini adalah amanah. Kau harus membawa pulang cahaya bagi umat.” Ujar Kiai Hasyim dengan penuh keyakinan.

 

Wahid menundukkan kepala, menyerap setiap kata ayahnya. “InsyaAllah, Abah. Saya akan belajar sebanyak mungkin agar kelak bisa mengabdi untuk agama dan bangsa.” Ucapnya dengan penuh tekad.

Baca Juga : Pencipta Kode Pos yang Terinspirasi Lagu Dari Sabang Sampai Merauke
Bagikan :