Tokoh

KH Abdul Wahid Hasyim Asy’ari dalam Buku Sang Mujtahid Islam Nusantara (13)

Keteguhan, Pemikiran, dan Guncangan Kultural

Keteguhan, Pemikiran, dan Guncangan Kultural
KH Abdul Wahid Hasyim Asy’ari (dok koleksi tebuireng)

 

Salah satu titik kritis dalam buku ini adalah ketika Abdul Wahid berdiskusi dengan ayahnya tentang perbedaan ajaran Islam di Nusantara. Beliau melihat bagaimana pertentangan antar kelompok sering kali tidak berhenti pada adu argumen, tetapi berlanjut pada kekerasan.

 

“Menurut Wahid, Abah, hal yang paling buruk dari seseorang yang mengaku beriman dan beragama adalah perbuatan mungkar di wilayah sosialnya,” ujarnya dengan kegelisahan yang mendalam. Kiai Hasyim pun mengakui, ada tantangan besar bagi NU untuk menjaga keseimbangan antara mempertahankan tradisi dan menerima pembaruan.

 

Momen ini menjadi pengingat bahwa Islam Nusantara selalu berada dalam persimpangan, antara keinginan untuk bertahan dan kebutuhan untuk berkembang. Ketika Abdul Wahid mempertanyakan pola pikir yang kaku, beliau tidak bermaksud merusak tatanan, tetapi justru ingin merawatnya dengan pendekatan yang lebih inklusif dan relevan.

 

Buku ini tidak hanya menggambarkan perjalanan intelektual seorang Abdul Wahid, tetapi juga pertarungannya dengan struktur sosial yang kaku. Dari kegaduhan celana panjang hingga gagasan besar tentang persatuan umat, buku ini mengajak pembaca untuk melihat bahwa Islam Nusantara bukan sekadar warisan, melainkan juga medan dialektika yang terus bergerak. Aguk menulis dengan penuh nyawa, menghidupkan tokoh dan zamannya dengan narasi yang mengalir dan menyentak.

Baca Juga : Guru Besar Antropologi dan Kisah di Balik Sejarah Jaket Almamater UGM
Bagikan :