Oleh: Ivan Febriyanto
Bagaimana mungkin sebuah pesantren kecil di Tebuireng tumbuh menjadi benteng perlawanan yang menggemparkan penjajah? Apa yang membuat seorang pemuda seperti K.H. Abdul Wahid Hasyim mampu melampaui batas-batas tradisi dan mengubah wajah Islam di Indonesia?
SURABAYA, PustakaJC.co - Sang Mujtahid Islam Nusantara bukan sekadar buku biografi. Aguk Irawan, M.N. sebagai penulis menyajikan narasi yang tidak hanya merekam jejak Wahid Hasyim sebagai seorang ulama dan negarawan, tetapi juga menghadirkan refleksi mendalam tentang bagaimana pesantren dan Islam berkembang di Nusantara. Dengan bahasa yang kuat dan menggugah, Aguk mengajak pembaca menyelami sejarah yang tidak hanya hidup, tetapi juga terus berdenyut dalam semangat perjuangan bangsa.
Dalam sebuah cerita dalam buku, tentang pembakaran Pesantren Tebuireng yang dilakukan oleh Kompeni, Aguk bercerita bahwa kebekaran itu bukanlah akhir dari Tebuireng, memang tebuireng menjadi arang dan abu, namun Tebiureng yang selalu bersemayam di hati para Kiai, Gus, dan Santri kembali membuat pesantren ini kembali berdiri bahkan jauh lebih besar dari sebelumnya.