Percakapan itu meninggalkan bekas dalam hati Wahid Hasyim. Beliau menyadari bahwa seorang pemimpin harus berani mengoreksi dirinya sendiri ketika kebijakan yang dibuat tidak berjalan sesuai harapan.
Beberapa waktu setelah perbincangan itu, terjadi perombakan kabinet dalam pemerintahan. Nama Wahid Hasyim tidak lagi tercantum dalam daftar menteri baru. Banyak orang, terutama pendukungnya, merasa kecewa.
“Bagaimana mungkin seorang tokoh sebesar Kiai Wahid tidak lagi menjadi Menteri Agama?” bisik beberapa orang.
Namun, berbeda dengan mereka, Wahid Hasyim justru tetap tenang. Baginya, jabatan bukanlah segalanya. Yang lebih penting adalah bagaimana seorang pemimpin bisa memberikan manfaat bagi umat, entah melalui jabatan atau tidak.