Tokoh

KH Abdul Wahid Hasyim Asy’ari dalam Buku Sang Mujtahid Islam Nusantara (3)

Tumbuh di Lingkungan yang Baik

Tumbuh di Lingkungan yang Baik
Pintu masuk Pondok Pesantren Tebuireng pada masa kini, dahulu, KH Wahid Hasyim tinggal disini (dok tebuirang)

Oleh: Ivan Febriyanto

 

"Seorang anak kecil yang lebih tertarik pada kitab dibandingkan mainan, tidakkah itu pertanda bahwa kelak beliau akan menjadi seorang alim besar?"

 

SURABAYA, PustakaJC.co - Sebuah kutipan yang ditulis Aguk Irawan MN dalam bukunya, Sang Mujtahid Islam Nusantara ini menunjukkan keistimewaan Kiai Wahid Hasyim semasa kecilnya. Buku yang ditulis budayawan asal Lamongan ini mengisahkan perjalanan hidup K.H. Abdul Wahid Hasyim, seorang ulama visioner dan Menteri Agama pertama Indonesia. Sejak kecil, Wahid Hasyim sudah menunjukkan tanda-tanda keistimewaan yang luar biasa, menjadikannya salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah Islam di Nusantara.

 

Wahid Hasyim lahir di Jombang pada 1 Juni 1914. Ia tumbuh dan besar dalam Lingkungan Pesantren. Wahid Hasyim merupakan putra dari Hadratussyaikh K.H. Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU). Sejak kecil, beliau dikelilingi oleh atmosfer keilmuan Islam yang kuat di Pesantren Tebuireng. Ibunya, Nyai Nafiqoh, yang juga berasal dari keluarga ulama, turut membentuk karakter dan keimanannya.

 

Sejak jabang bayi, Wahid sudah menunjukkan sesuatu yang tak biasa. Aguk menuliskan kisah yang menggetarkan hati:

 

"Suatu hari, Abdul Wahid kecil menangis. Segala cara dicoba untuk menenangkannya diberi makanan, dikipasi, digendong tetapi sia-sia. Hingga sang ibu menyadari bahwa Wahid menunjuk ke arah kitab. Begitu kitab diberikan, tangisnya langsung berhenti."

Baca Juga : Keseimbangan Karier dan Keluarga, Rahasia Sukses Bankir Muda Juara Frontliner Nasional
Bagikan :