Melalui kedhatonnya yang berada di Bukit Giri, Sunan Giri menyebarkan dakwah Islam melalui pendidikan masyarakat, dengan memanfaatkan kesenian pertunjukkan yang digemari oleh masyarakat. Sunan Giri tidak hanya menciptakan tembang-tembang dolanan anak-anak, tembang tengahan dengan metrum Asmaradhana dan Pucung, melainkan melakukan perubahan reformatif atas seni pertunjukan wayang.
Sunan Giri berperan dalam melengkapi hiasan-hiasan wayang, seperti kelat bahu (gelang hias di pangkal lengan), gelang, keroncong (gelang kaki), anting telinga, badong (hiasan pada punggung), zamang (hiasan kepala), dan sebagainya. Selain itu, Sunan Giri juga menciptakan lakon-lakon wayang dilengkapi suluknya, seperti Kapi Menda, Kapi Sraba, Kapi Anala, Kapi Jembawan, Kapi Winata, Urahasura, dan sebagainya.
Sunan Giri yang berkedudukan sebagai seorang penguasa sukses membawa kemakmuran bagi masyarakat muslim di Gresik. Hal ini tampak pada masa kekuasaan putranya yang bernama Pangeran Zainal Abidin Sunan Dalem, yang merupakan penguasa Islam tertua di kota-kota pesisir Jawa Tengah dan Jawa Timur, yang menjalin pertemanan dengan Raden Patah dan penguasa Demak Sultan Trenggana.