"Artinya, kita bertanding di dunia tidak ada istilah jeda, tidak ada istilah rehat. Di saat kita berhenti kita diganyang oleh lawan kita, di saat kita rehat kita dilindas oleh lawan kita. (Setan) tidak pernah lengah. Kalau kita lengah di dunia, hilang kesadaran kita, kemakrifatan kita, ya kita akan dilindas," jelasnya.
Pengasuh Pondok Pesantren Miftachus Sunnah Surabaya ini menyampaikan, bahwa dunia ini adalah tempat ujian. Manusia tidak bisa lepas dengan aneka cobaan atau ujian yang menimpa. Ujian kadang datang pada kondisi yang tidak bisa disangka-sangka oleh manusia. Situasi ini sebetulnya diharapkan manusia justru akan lebih kuat menghadapi beragam ujian yang datang. Termasuk tangguh akan godaan setan.
Konsekuensi yang mungkin muncul dari dari hal itu adalah senang atau sebaliknya. Kalau pun di dunia manusia merasakan kesenangan dan kebahagiaan, lanjut Kiai Miftach, hal itu hanyalah kesenangan yang majasi, bukan kesenangan yang hakiki. Karena kesenangan sesungguhnya hanya ada di akhirat saat manusia menerima balasan amal perbuatan baiknya, termasuk balasan dari ujian-ujian yang sudah berhasil dilalui di dunia.