Nama Kiai Ashiem, lahir 29 Desember 1927, harum di mata masyayikh dan alumni, karena ia satu-satunya santri yang menciptakan atau membuat lambang Pesantren Tebuireng. Bahkan menurut Majalah Tebuireng tempo dulu, cucu muassis Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-Guluk ini dipercaya mencucikan pakaian Hadratussyekh KH M Hasyim Asy’ari.
Dikatakan oleh putri sulung Kiai Ashiem, Nyai Hj Fathimah Al-Batoul, ayahnya pertama kali nyantri pada tahun 1936 (usia 9 tahun) dan hanya bermukim selama 40 hari. Orang yang mengantarkannya ke pesantren adalah kakaknya, yakni KH M Khazin Ilyas. Berhubung kakaknya tidak kerasan, ia pun ikut keluar dari pesantren.
Diketahui, dalam fragmen yang dikupas oleh Tebuireng Online, ada beberapa kesamaan dengan yang diceritakan Ny Fathimah Al-Batoul. Pada tahun 1940, Kiai Ashiem muda kembali ke Tebuireng. Namun hanya 1 bulan lantaran Amsterdam dan Jerman berperang (Perang Dunia ke-2) sehingga membuat santri gelisah.