Tapi sayangnya, ia ditinggal oleh suaminya di usia perkawinannya yang masih seumur jagung. Usia Rara Kuninig juga masih tergolong muda saat suaminya meninggal dunia.
Pasca kejadian itu, nama suaminya selalu terlintas dalam benak pikirannya. Setiap saat, ia teringat dan terus teringat, sampai-sampai ia merasa beban hidupnya sangatlah berat.
Lama kelamaan, ia berpikir kalau setiap waktu memikirkan suaminya terus akan berakibat buruk dalam jangka panjang. Sebagai upaya untuk berdamai dengan apa yang dialaminya, Rara Kuning memutuskan untuk pergi ke arah selatan menuju daerah lain. Wilayah demi wilayah pun ia lalui.