Tokoh

Siddharta Gautama

Perjalanan Hidup Sang Buddha

Perjalanan Hidup Sang Buddha
dok rumah belajar

 

Buddha Gautama kemudian kembali berkelana menyebarkan Dharma selama empat puluh lima tahun kepada umat manusia dengan penuh cinta kasih dan kasih sayang. Pada usinya 80 tahun, ia menyadari bahwa tiga bulan lagi akan mencapai Parinibbana.

 

Sang Buddha dalam keadaan sakit terbaring di antara dua pohon sala di Kusinagara, memberikan khotbah Dharma terakhir kepada murid-murid-Nya, lalu Parinibbana. Dalam versi Buddhisme Mahayana, 486 SM pada hari ke-15 bulan ke-2 kalender Lunar. Sementara versi WFB pada bulan Mei, 543 SM.

 

Berikut isi khotbah Buddha Gautama terakhir yang mengandung arti prinsip-prinsip beragama,

Percaya pada diri sendiri dalam mengembangkan Ajaran Sang Buddha

Jadikanlah Ajaran Sang Buddha (Dharma) sebagai pencerahan hidup

Segala sesuatu tidak ada yang kekal abadi

Tujuan dari Ajaran Sang Buddha (Dharma) ialah untuk mengendalikan pikiran

Pikiran dapat menjadikan seseorang menjadi Buddha, namun pikiran dapat pula menjadikan seseorang menjadi binatang

Hendaknya saling menghormati satu dengan yang lain dan dapat menghindarkan diri dari segala macam perselisihan

Bilamana melalaikan Ajaran Sang Buddha, dapat berarti belum pernah berjumpa dengan Sang Buddha

Mara (setan) dan keinginan nafsu duniawi senantiasa mencari kesempatan untuk menipu umat manusia

Kematian hanyalah musnahnya badan jasmani

Buddha yang sejati bukan badan jasmani manusia, tetapi Pencerahan Sempurna;

Kebijaksanaan Sempurna yang lahir dari Pencerahan Sempurna akan hidup selamanya di dalam Kebenaran

Hanya mereka yang mengerti, yang menghayati dan mengamalkan Dharma yang akan melihat Sang Buddha

Ajaran yang diberikan oleh Sang Buddha tidak ada yang dirahasiakan, ditutup-tutupi ataupun diselubungi.

Sang Buddha bersabda, “Dengarkan baik baik, wahai para bhikkhu, Aku sampaikan padamu: Akan membusuklah semua benda benda yang terbentuk, berjuanglah dengan penuh kesadaran!” (Digha Nikaya II, 156)

 

Seorang Buddha memiliki sifat Cinta Kasih (maitri atau metta) dan Kasih Sayang (karuna) yang diwujudkan oleh sabda Buddha Gautama, “Penderitaanmu adalah penderitaanku, dan kegembiraanmu adalah kegembiraanku.” Manusia adalah pancaran dari semangat Cinta Kasih dan Kasih Sayang yang dapat menuntunnya kepada Pencerahan Sempurna.

Baca Juga : Sahabat Sejati Indonesia Yang Pernah Ikut Sekolah HMI dan Dekat dengan BJ Habibie
Bagikan :