Sedangkan Gareng berasal dari kata khair yang bermakna kebaikan atau kebagusan. Kemudian Petruk berasal dari kata faruk yang berarti meninggalkan. Lalu, Bagong yang diyakini berasal dari kata baghaa yang berarti berontak terhadap kebathilan.
Pada pagelaran wayang, keempat tokoh Punakawan itu selalu keluar pada waktu yang tidak bersamaan. Biasanya tokoh Semar yang dimunculkan pertama kali, baru kemudian diikuti dengan Gareng, Petruk, dan terakhir Bagong.
“Secara tak langsung urutan tersebut menunjukkan ajakan (dakwah) yang diserukan para wali zaman dahulu agar meninggalkan kepercayaan animisme, dinamisme, dan kepercayaan-kepercayaan lain menuju ajaran Islam,” tulis Nidia Zuraya dalam tulisan berjudul Karakter Wayang dan Syiar Islam yang dimuat Republika.
Demikian juga kisah-kisah wayang yang dibuat oleh Walisongo kesemuannya menampilkan cerita Islami. Diantaranya cerita Jimat Kalisada (Kalimat Syahadat), Dewa Ruci, Petruk jadi Raja, dan Wahyu Hidayat.