Semar yang sering dipanggil Ki Lurah dalam cerita pewayangan disebut sebagai seorang begawan, tetapi dirinya memilih untuk menjadi simbol rakyat jelata. Karena itulah, Semar lebih dijuluki sebagai manusia setengah dewa.
Sedangkan dari sisi spritual, Semar mewakili watak yang sederhana, tenang, rendah hati, tulus, tidak munafik, tidak pernah terlalu sedih, dan tidak pernah terlalu riang gembira. Karena itulah sosoknya terkenal memiliki mental matang.
Dia memiliki sifat yang tidak kagetan, dan tidak juga gumunan, layaknya air tenang yang menghanyutkan. Tetapi di balik ketenangan sikapnya, tersimpan kejeniusan, ketajaman batin, kekayaan pengalaman hidup, dan ilmu pengetahuan.
Semar digambarkan sebagai sosok yang berwatak rembulan, wajahnya yang pucat diekspresikan sebagai pribadi yang tidak mengumbar nafsu. Dia disebut juga sebagai semareka den prayitna semare, yang artinya menidurkan diri.