22 September 1979, hari wisuda tiba. Kasim nyatanya tidak berharap banyak, apa yang bisa diharapkan dari wisuda seorang mahasiswa yang seharusnya sudah berlangsung selama 15 tahun sebelumnya.
Memutuskan untuk duduk di barisan kursi paling belakang, namun hal tak terduga justru terjadi. Begitu Kasim datang, semua orang berdiri dan bertepuk tangan. Dedikasi yang Kasim lakukan membuat banyak orang sangat menghormati dirinya.
Tak melupakan tekad yang ia miliki sejak awal, selepas wisuda Kasim diketahui kembali ke Waimital dan meneruskan hal-hal yang ingin ia bangun, padahal saat itu dirinya diketahui mendapat berbagai tawaran pekerjaan yang menjanjikan.