Tak kehabisan akal, sang rektor lalu mengirimkan sahabatnya, Saleh Widodo untuk menjemput Kasim secara langsung. Akhirnya dengan berat hati, Kasim pulang ke Bogor, kota tempat ia menimba ilmu masih dengan hanya menggunakan sandal jepit dan baju yang lusuh.
Mendapat bantuan dan dorongan untuk meneruskan pendidikan dan meraih gelar Sarjana, Kasim yang mengaku tidak memiliki keahlian menyusun skripsi akhirnya dibantu oleh teman-temannya yang memutuskan untuk mengangkat kisah perjuangan Kasim di Waimital sebagai pembahasan pada Skripsi.
Kasim menceritakan perjalanan membangun Waimital kepada teman-temannya yang mendengarkan dengan penuh haru, mereka menganggap Kasim sebagai sosok yang memberikan bukti nyata akan pengabdian kepada masyarakat melampaui makna dari penugasan yang diterima lewat program KKN itu sendiri.