“Sehingga tidak mengherankan apabila tema bacaan yang disajikan pun hanya berkisar pada keterampilan teknik, pertanian, pertanian, ilmu alam, dan tata prilaku,” bebernya.
Tetapi tidak semua yang dilakukan KBR ini negatif. Pasalnya mereka juga mendirikan perpustakaan di tiap-tiap sekolah ketika masa itu. Perpustakaan itu menyediakan jasa peminjaman dengan cara yang mudah.
Penulis juga bisa menyalurkan karyanya, walau harus disortir terlebih dahulu oleh pemerintah Hindia Belanda. Melalui cara ini, KBR bisa mengendalikan koran-koran yang berisi kritikan kepada Pemerintah Hindia Belanda.
Pengaruh KBR semakin kuat saat dipimpin oleh D.A Rinkes pada 1917, dia berhasil menata ulang KBR dan menjadikannya lembaga otonom bernama, Kantoor voor de Volkslectuur atau yang dikenal dengan nama Balai Pustaka