SURABAYA, PustakaJC.co - Industri perhotelan di Jawa Timur mengalami penurunan tingkat hunian (okupansi) dalam beberapa bulan terakhir. Fenomena ini tidak hanya terjadi di satu wilayah, melainkan juga dirasakan di sejumlah daerah, termasuk Banyuwangi. Namun demikian, pemerintah provinsi melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) memastikan bahwa langkah-langkah penanganan tengah disiapkan agar sektor ini tetap bertahan dan terhindar dari potensi pemutusan hubungan kerja (PHK).
“Rata-rata saat ini kondisi perhotelan sedang mengalami penurunan. Salah satu penyebab utamanya adalah berkurangnya kegiatan pemerintah yang biasa dilakukan di fasilitas perhotelan,” jelas Kepala Disbudpar Jatim, Evy Afianasari, saat diwawancarai oleh salah satu jurnalis media PustakaJC.co, Senin, (21/4/2025).
Menurut Evy, hasil uji petik menunjukkan rata-rata okupansi hotel di Jawa Timur berada di kisaran 70 persen, atau mengalami penurunan sekitar 30 persen dibanding kondisi normal. Meski demikian, angka ini tidak bersifat merata. Beberapa daerah, seperti Kota Malang, justru mencatatkan kinerja yang cukup positif selama musim libur Lebaran.
“Malang menjadi salah satu daerah yang tingkat okupansinya tetap tinggi. Ini menunjukkan bahwa faktor penopang okupansi tidak hanya dari kegiatan pemerintah, tetapi juga dari sektor bisnis dan kunjungan wisatawan, termasuk mancanegara,” ujarnya.