Kedua, penggunaan pupuk secara berimbang dengan ‘6 tepat’ yaitu tepat tempat, tepat harga, tepat jumlah, tepat mutu, tepat jenis dan tepat waktu. Ketiga, optimalisasi infrastruktur pertanian, antara lain jaringan irigasi dan pengelolaan sumber air.
Keempat, penyesuaian pola tanam/pengelolaan tanaman pangan. Dan kelima penekanan susut hasil panen padi dengan optimalisasi Alsintan pascapanen yang akan terus ditingkatkan bagi gapoktan di Jatim.
“Penggunaan alsintan modern ini dapat semakin meningkatkan produktifitas petani dan nilai tambah produk petani. Salah satunya combine harvester. Hal ini dilakukan untuk mengoptimalkan hilangnya (loss) produktivitas gabah saat panen,” katanya.
Tidak hanya itu, Pemprov Jatim juga melakukan digital farming atau digitalisasi pertanian melalui program digitalisasi SiJago (Sistem Informasi Jatim Agro). SiJago ini merupakan sistem informasi yang diinisiasi dengan tujuan untuk input data, pengolahan serta penyajian pada komoditas pokok pertanian di Jatim.
“Program sistem informasi Jatim agro ini terdiri dari virtual expo, virtual office, supply chain, directory Bussiness to bussiness serta layanan website berjejaring secara gratis yang diharapkan mampu memajukan pertanian di Jatim,” kata Khofifah .
Sebagai informasi, berdasarkan data BPS, produksi gabah dan beras Jatim tahun 2020, 2021 dan 2022 merupakan tertinggi di Indonesia. Dimana, untuk total produksi padi di Jatim tahun 2022 mencapai 9,69 juta ton GKG. Yang diiringi dengan NTP dengan indeks di atas 100, yang mengindikasikan peningkatan kesejahteraan petani atau produsen pangan.