“Beliau lahir di Kulon Progo, Rabu Kliwon tanggal 5 Suro 1755, atau 29 Juli 1827. Meninggalnya hari Kamis Pon, tanggal 18 Safar 1839 atau 11 Maret 1909. Saat berusia 84 tahun,” jelas Lasiman.
Lasiman menjelaskan makam tersebut dibangun pada 11 Ruwah 1840 atau 18 Agustus 1910. Sementara itu, alasan mengapa disebut makam gantung karena sosok Eyang Digdo yang harus digantung ilmu, senjata, dan baju kebesarannya agar bisa wafat.
“Makannya diberi nama makam gantung,” jelas pria yang sudah delapan tahun menjadi juru kunci di makam itu.
Lasiman kemudian menerangkan bahwa sosok Patih Djojodigdo adalah kerabat dekat Pangeran Diponegoro dan masih keturunan darah biru Mataram. Pada masanya banyak orang percaya dirinya tak bisa meninggal karena punya ilmu pancasona.