Gaya Hidup

Babak Baru Kenaikan Harga Beras

Babak Baru Kenaikan Harga Beras
Dok ekbis

 

Pertama, karena terjadi gagal panen (puso) akibat bencana alam banjir/kekeringan dengan intensitas berat/puso berskala luas. Kedua, karena terjadi eksplosi serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) intensitas berat/puso berskala luas yang mengakibatkan gagal panen. Sepanjang 2022 lalu kedua faktor tersebut tidak terjadi. Secara umum agroklimat sangat bersahabat, sehingga secara logika produksi beras nasional berjalan normal.

 

Bahkan Kinerja Kementerian Pertanian dalam memproduksi beras juga moncer. Premis ini dapat dijelaskan dengan data kuantitatif Badan Pusat Statistik (BPS). Luas panen padi pada 2022 mencapai 10,61 juta hektare. Meningkat 194,71 ribu hektar (1,87 persen) dibandingkan 2021 yang mencapai 10,41 juta hektar. Produksi padi pada 2022 diperkirakan mencapai 55,67 juta ton gabah kering giling (GKG). Meningkat 1,25 juta ton GKG (2,31 persen) dibanding 2021 yang mencapai sekitar 54,42 juta ton GKG.

 

Jika dikonversi ke beras, produksi padi 2022 setara dengan 32,07 juta ton beras. Adapun konsumsi beras penduduk Indonesia saat ini menurut data Kementerian Pertanian mencapai 30,2 juta ton. Menurut hitung-hitungan di atas kertas, tahun ini terjadi surplus produksi 1,8 juta ton beras. Jika diakumulasikan dengan sisa surplus tahun lalu maka tahun ini terjadi surplus sekitar 5,7 juta ton beras. Ada apa sebenarnya dengan beras?

 

Di manakah keberadaan surplus beras saat ini? Pertanyaan ini sangat sulit untuk dijawab. Pengalaman empiris saya selama lebih dari tiga puluh tahun menangani permasalahan pangan dan pertanian di daerah, memang tidak mudah melakukan pendataan stok beras dalam periode tertentu. Yang jelas stok beras berada di masyarakat, antara lain di rumah tangga petani, di penggilingan padi (RMU), di tangan pedagang pengumpul, serta di pedagang beras skala besar.

Baca Juga : Fakta Menarik tentang Mood: Pengaruhnya dalam Kehidupan Sehari-hari
Bagikan :