Songgo buwono juga menjadi petunjuk keadaan politik di Jogja pada masa lalu. Saat itu, kondisi kesultanan di Jogja banyak dipengaruhi oleh keberadaan Belanda, Oleh karenanya, kuliner yang biasa disajikan pun bernuansa western atau cenderung kebarat-baratan.
Sebagai kuliner hasil akulturasi, songgo buwono memadukan berbagai gaya hidangan dari sejumlah negara. Misalnya, kue sus sendiri berasal dari Belanda, saus mayones dari Perancis, dan acar ala Tiongkok juga hadir sebagai pelengkap songgo buwono.
Filosofi Songgo Buwono
Songgo buwono terdiri dari berbagai komponen yang memiliki makna filosofis masing-masing. Kue sus yang menjadi penopang songgo buwono menyiratkan bentuk bumi, di mana semua makhluk hidup lahir dan mati. Daun selada menggambarkan hamparan pepohonan dan tumbuhan hijau yang asri dan lestari.