Kuliner

Buka Puasa Identik Makan Gorengan, Ini Asal Muasalnya

Buka Puasa Identik Makan Gorengan, Ini Asal Muasalnya
Dok kuliner lokall

 

Sejak 1970-an, ada dua pemain besar di industri minyak goreng. Mereka adalah Liem Sioe Liong atau Sudono Salim dan Eka Tjipta Widjaja. Eka Tjipta Widjaja menghasilkan minyak merek Filma dan Kunci Mas. Lalu Salim memproduksi minyak merek Bimoli.

 

Khusus nama yang terakhir dia tidak hanya produksi Bimoli, tetapi juga kunci pembuatan gorengan lain, yakni tepung terigu merek Bogasari pada 1970. Menurut Richard Borsuk dan Nancy Chng dalam Liem Sioe Liong dan Salim Group (2016), hadirnya merek Bogasari membuat masyarakat Indonesia mudah menjangkau tepung. Tepung jadi lebih murah dan membuat penduduk terbiasa mengkonsumsi makanan olahan tepung salah satunya gorengan.

 

Kedua bahan baku kunci pembuatan gorengan itu kemudian jadi bisnis penting di Indonesia sepanjang kepemimpinan Presiden Soeharto. Dukungan penguasa yang kuat membuat bisnis Salim dan Eka Tjipta mendominasi pasar. Akibatnya, orang Indonesia makin terbiasa dengan gorengan, atau olahan lain dari tepung terigu yang digoreng. 

 

Lantas, terjadilah perubahan menu konsumsi masyarakat sejak 1990-an. Gorengan kemudian menjadi sesuatu yang tak bisa dilepaskan dari menu makanan harian masyarakat. Dari pagi, siang, dan malam, pasti mengonsumsi gorengan. Di pinggir jalan ada tukang gorengan. Saat momen-momen tertentu, seperti buka puasa saat bulan Ramadan, masyarakat jadi makan gorengan.

 

Jadi, Soeharto, Salim, dan Eka Tjipta secara tidak langsung adalah sosok yang mengajari rakyat Indonesia membiasakan diri menikmati gorengan di tiap momen, termasuk buka puasa. (int)

Baca Juga : Fakta Unik Serabi
Bagikan :