Kue lapis ini dikaitkan dengan lemak daging babi bukan tanpa alasan. Sebutan itu muncul karena kuenya memiliki banyak lapisan yang tampak seperti lemak pada perut babi.
Spiku dikembangkan pada masa kolonial Belanda di Indonesia, yang terinspirasi dari kue lapis Eropa. Penjajah Belanda sering memproduksi kue ini.
Kemudian dimodifikasi dan diadaptasi oleh keturunan Tionghoa di Indonesia menggunakan bahan dan rempah-rempah khas Indonesia. Rempah-rempah itu seperti kayu manis, cengkeh, pala dan adas manis.