“Itu cara rakyat kecil bisa merasakan cita rasa orang elite, memanfaatkan sembelihan yang tak dimakan bangsawan dan orang Eropa,” ucapnya.
Dari masa ke masa, kemakmuran raja dan kaum bangsawan ditopang keringat para kawula. Namun industrialisasi perkebunan tak memperbaiki nasib rakyat. Pasalnya mereka tak sempat mengurus sawahnya sebab dibebani kerja di perkebunan.
Dapur gudeg Parjimah di Selokan Mataram menyimpan bukti keliatan kawula bertahan dalam kemiskinan, yaitu gudeg singkong. Dirinya sendiri tidak mengetahui sejak kapan singkong dimasak gudeg, karena kuliner ini kebiasaan dari ibunya.
Peneliti Pusat Kajian Makanan Tradisional Universitas Gadjah Mada, Prof Dr Murdijati Gardjito juga tidak mengetahui asal usul singkong menjadi bahan memasak gudeg. Namun, menurutnya, tak aneh kalau singkong di gudeg.