Ketika ditanya hidangan yang disajikan itu apa, Ki Ageng Karang Lo menjawab, “Puniko ron ingkang dipun pecel”. Artinya adalah dedaunan yang direbus dan diperas airnya. Sejak saat itu, sajian tersebut dikenal dengan nama pecel.
Pecel diprediksi sudah ada sejak abad ke-9. Di beberapa daerah, khususnya Madiun, pecel mempunya ciri khas yakni adanya kembang turi. Pecel yang terkenal sederhana dan murah meriah ini, ternyata sudah ada sejak abad ke-9.
Mengutip dari detikfood, seorang praktisi dan pemerhati kuliner, Wira Hardiyansyah menjabarkan beberapa perkembangan pecel berdasarkan literasi temuannya. Wira menyebutkan bahwa pecel disebutkan dalam Kakawin Ramayana yang ditulis pada abad ke-9 era Mataram Kuno atau Mataram Hindu. Pada saat itu berada dibawah raja Rakai Watukura Dyah Balitung (898-930 M).