Seiring waktu, pembuatan batik menjalar keluar lingkungan keraton. Kegiatan membatik di luar keraton dikelola para pengusaha atau saudagar batik di Kauman, Kratonan, dan Laweyan. Mereka memodifikasi gaya klasik dengan selera mereka dan pasar.
Masyarakat luas yang sebelumnya mengenakan kain lurik yang ditenun, mulai mengenakan kain batik dengan pola ragam hias yang berbeda. Kain batik ini kemudian dikenal dengan sebutan batik sudagaran.
Batik rupanya menarik hati para perempuan Indo. Bukan hanya mengenakannya sebagai busana sehari-hari, mereka juga membuat batik sendiri yang kemudian dikenal sebagai batik Belanda.
Pembuatan batik berkembang pesat setelah masuknya orang Tionghoa. Produksi batik Belanda maupun Tionghoa terpusat di kota-kota pesisir utara Jawa seperti Pekalongan, Cirebon, dan Lasem. Corak dan motif batik kian berkembang. Pemakaiannya pun kian meluas, dipakai semua kalangan.