Bumi Pesantren

Dari Hafalan ke Pengabdian: Ketika Santri Mambaus Sholihin Merakit Mesin Kebersihan Pesantren

Dari Hafalan ke Pengabdian: Ketika Santri Mambaus Sholihin Merakit Mesin Kebersihan Pesantren
Imam Hafidz dan Hudaifi duduk bersila merakit bagian demi bagian dari sebuah mesin potong rumput (dok foto istimewa)

Oleh: Ivan Febriyanto

 

 

Di tengah kehidupan pesantren yang sarat dengan ilmu dan ibadah, ada nilai lain yang tak kalah penting yaitu pengabdian. Di Pondok Pesantren Mambaus Sholihin, Gresik, para santri tidak hanya menghafal Al-Qur’an, tetapi juga berkhidmah melalui kerja nyata. Salah satu bentuk pengabdian itu terlihat saat mereka merakit mesin potong rumput, bukan sekadar untuk kerapian, tetapi sebagai bentuk tanggung jawab terhadap kebersihan lingkungan pondok.

 

Gresik, PustakaJC.co - Di lorong asrama Al Jaylani, Imam Hafidz dan Hudaifi duduk bersila, tangan mereka sibuk merakit bagian demi bagian dari sebuah mesin potong rumput. Udara siang yang mulai hangat tak mengendurkan semangat mereka. Sambil meneliti instruksi manual, mereka berdiskusi, saling bertukar ide agar mesin bisa terpasang dengan baik.

 

"Santri itu harus kuat, tidak hanya dalam ilmu, tetapi juga dalam pengabdian," ujar koordinator kebersihan pondok (Tandif) di Asrama Al Jaylani, Imam Hafidz sambil mengencangkan baut.

 

Hudaifi, yang duduk di sebelahnya, mengangguk setuju.

 

"Betul, kita belajar bukan hanya untuk diri sendiri. Nabi bersabda, 'Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain’ (HR. Ahmad). Kalau kita tidak menjaga kebersihan pesantren kita sendiri, siapa lagi yang akan peduli?" katanya sambil memeriksa pemasangan pelindung mata pisau.

 

Perakitan mesin ini bukan sekadar urusan teknis, tetapi juga ujian ketekunan dan kerja sama.

 

 “Awalnya saya kira sulit, tapi kalau dikerjakan bersama, ternyata lebih mudah,” tambah Hudaifi.

 

Dalam Islam, kebersihan memiliki kedudukan yang sangat penting. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ
"Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertobat dan mencintai orang-orang yang menyucikan diri" (QS. Al-Baqarah: 222).

 

Dalam hadits lain disebutkan:

الطُّهُورُ شَطْرُ الْإِيمَانِ
"Kesucian adalah separuh dari iman." (HR. Muslim).

 

Pesantren Mambaus Sholihin menerapkan nilai ini secara nyata. Tidak ada tenaga kebersihan khusus, semua santri bertanggung jawab atas kebersihan lingkungan mereka. Namun, luasnya area pondok dan cepatnya pertumbuhan rumput menjadi tantangan tersendiri.

 

Ketika akhirnya mesin itu selesai dirakit, Imam Hafidz mencoba menarik tuas starter. Sekali, dua kali, hingga akhirnya mesin menyala dengan suara menggelegar. Wajah mereka berbinar, rasa lelah seolah hilang seketika.

 

"Alhamdulillah, akhirnya menyala!" seru Imam Hafidz yang juga Hafidz 30 Juz ini dengan penuh semangat.

 

"Kita bukan hanya merakit mesin, tapi juga merakit kebiasaan baik," sahut Hudaifi. "Bayangkan, kalau semua santri berpikir seperti ini, pesantren pasti semakin nyaman dan bersih."

 

Imam Hafidz tersenyum. "Itulah khidmah. Kita bisa hafal Al-Qur’an, tapi kalau lingkungan kita kotor, bagaimana kita bisa tenang dalam belajar dan ibadah?"

 

Di balik lembaran-lembaran kitab yang mereka baca, santri Mambaus Sholihin juga menanamkan nilai kerja keras, tanggung jawab, dan pengabdian. Merakit mesin potong rumput mungkin tampak sederhana, tetapi di baliknya ada nilai ukhuwah, disiplin, dan kecintaan terhadap kebersihan yang diajarkan Islam.

Baca Juga : Air Sisa Guru: Tradisi Berkah atau Sekadar Kebiasaan?
Bagikan :