Sejak dikembangkan, EKO-TREN juga berhasil mendongkrak peningkatan omzet usaha pesantren dari Rp 1,056 triliun menjadi Rp 4,798 triliun, serta peningkatan aset yang semula Rp 796 miliar menjadi Rp 3,92 triliun. Tak hanya itu, kontribusi kepada pesantren juga meningkat 30-75% dari kebutuhan operasional pondok pesantren.
Keberhasilan EKO-TREN bahkan telah direplikasi oleh 8 kabupaten/kota di Jatim. Antara lain Kota Madiun, Kabupaten Probolinggo, Mojokerto, Kabupaten Lamongan, Kabupaten Magetan, Kabupaten Jombang, Kabupaten Gresik, dan Kabupaten Blitar. Selain itu, EKO-TREN juga telah dikembangkan oleh Provinsi Kalimantan Selatan.
"Inovasi ini tidak lepas dari kolaborasi antara pemerintah, media, akademisi, bisnis dan komunitas. Ini kemudian menjadi bentuk kerja bersama yang konkrit dan berkesinambungan. Jadi, mari kita samakan frekuensi untuk mensukseskan EKO-TREN agar lebih memberikan multiplier effect untuk kesejahteraan masyarakat," tutur Khofifah.