Bumi Pesantren

Syawal dan Tantangan Konsistensi

Syawal dan Tantangan Konsistensi
Syafi'i, Kepala Pusbangko. Manajemen, Kepemimpinan dan Moderasi Beragama Kemenag. (dok kejakimpolnews.com)

Imam an-Nawawi dalam al-Majmu' menjelaskan bahwa salah satu tanda diterimanya amal adalah konsistensi dalam ketaatan setelah Ramadlan. Hal ini juga ditegaskan oleh Imam Ibnu Rajab al-Hanbali dalam Lathaiful Ma’arif, bahwa para sahabat dan ulama salaf sangat serius menjaga semangat Ramadlan di bulan-bulan setelahnya.

 

Artinya, Syawal bukanlah waktu untuk bersantai. Justru di sinilah tantangan sesungguhnya dimulai: bagaimana mempertahankan dan meningkatkan kualitas diri. Spirit puasa yang menumbuhkan ketenangan, ketulusan, kedamaian, kenyamanan, dan kegembiraan harus dibawa dalam kehidupan sehari-hari baik dalam konteks ibadah, pekerjaan, maupun relasi sosial.

 

Penelitian Laurie Santos, pakar psikologi kognitif dari Yale, menunjukkan bahwa kesejahteraan emosional sangat mempengaruhi kinerja dan produktivitas. Maka, menjaga stabilitas spiritual setelah Ramadlan tidak hanya berdampak pada ketenangan batin, tetapi juga pada efektivitas kerja dan relasi sosial.

Baca Juga : Perkuat Peran Penyuluh Agama, Yogyakarta Jadi Contoh Evaluasi Nasional
Bagikan :