SURABAYA, PustakaJC.co - Di tengah gemuruh konflik dan krisis kemanusiaan di Gaza, ada suara yang sering terabaikan bisikan lembut agama tentang cinta. Bukan cinta romantis atau posesif, melainkan cinta ilahiah sebuah kekuatan spiritual yang mengalir dalam jantung Islam dan agama-agama lainnya. Inilah kisah tentang bagaimana Islam, ketika dipahami sebagai jalan cinta, bisa menjadi pelita di tengah kegelapan.
Bayangkan Tuhan bukan sebagai hakim yang kejam, melainkan sebagai Sang Pengasih yang tak pernah lelah mengampuni. Dalam Islam, 99 nama-Nya diawali dengan Ar-Rahman dan Ar-Rahim sifat kasih sayang yang melingkupi semesta. Rasulullah Muhammad SAW bersabda, Dilansir dari kemenag.go.id Jumat, (4/4/2025).
"Orang yang penyayang akan disayangi oleh Yang Maha Penyayang. Sayangilah makhluk di bumi, niscaya kalian akan disayangi oleh makhluk di langit." (HR Tirmidzi).
Pada akhir Maret kemarin, umat Islam di Jakarta, Bandung, dan Surabaya bersiap menyambut Lebaran dengan salat Id. Idul Fitri mengajarkan bahwa manusia bisa kembali suci, seperti bayi yang baru lahir. Bayangkan jika momentum ini tidak hanya menjadi ritual, tetapi juga menjadi gerakan nasional saling memaafkan. Sebuah hari di mana politikus berhenti berseteru, media mengurangi berita kebencian, dan masyarakat duduk bersama, merajut kembali persaudaraan yang sempat terkoyak.
Pemudik yang mengantre berjam-jam tiba-tiba disalip ambulans berisi pelancong, atau penipuan arisan yang menggerogoti tabungan warga jelang Lebaran, adalah bukti krisis empati. Islam seharusnya menjadi penawar racun individualisme semacam ini. Rasulullah SAW bersabda,
"Barangsiapa menipu, bukan dari golongan kami" (HR Muslim). Islam menanamkan konsep ukhuwah, bahwa setiap Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya.
Hari gerakan satu juta pohon yang diadakan di Bogor, Bekasi, dan Karawang menjadi arena kebersamaan lintas sosial dan agama. Para ulama terlibat dalam gerakan ini karena mereka paham bahwa merusak alam adalah dosa. Rasulullah SAW bersabda,
"Jika Kiamat akan terjadi sementara di tangan salah seorang dari kalian ada bibit pohon kurma, maka tanamlah" (HR Ahmad).
Dampak dari kerusakan lingkungan telah nyata. Banjir bandang di Bogor, Bekasi, dan Karawang dipercaya akibat salah urus lingkungan. Gubernur Jawa Barat telah menerapkan kebijakan hulu-hilir untuk mengatasi hal ini. Namun, agama juga harus hadir dalam bentuk penyadaran: mencintai alam adalah bagian dari mencintai diri sendiri.
Dalam Islam, manusia disebut sebagai khalifah di bumi, yang bertanggung jawab menjaga keseimbangan dan keberlangsungan kehidupan. Petani yang merawat tanah, memberi makan makhluk kecil di sekitarnya, dan mewariskan lahan subur untuk anak cucunya adalah contoh nyata dari khalifah sejati.
Di Bandung, ada masjid yang membuka dapurnya untuk semua orang tanpa memandang agama. Di Surabaya, ada pesantren yang aktif dalam gerakan penghijauan. Merekalah pejuang agama cinta.
Mungkin dunia tidak akan berubah dalam semalam. Namun, selama masih ada orang yang percaya bahwa Tuhan adalah cinta, maka harapan itu tetap hidup. Seperti kata Mahatma Gandhi,
"Ketika aku mendengarkan suara hati, aku mendengar Tuhan." Dan suara hati itu selalu berbicara tentang cinta. (Ivan)