Pada akhir Maret kemarin, umat Islam di Jakarta, Bandung, dan Surabaya bersiap menyambut Lebaran dengan salat Id. Idul Fitri mengajarkan bahwa manusia bisa kembali suci, seperti bayi yang baru lahir. Bayangkan jika momentum ini tidak hanya menjadi ritual, tetapi juga menjadi gerakan nasional saling memaafkan. Sebuah hari di mana politikus berhenti berseteru, media mengurangi berita kebencian, dan masyarakat duduk bersama, merajut kembali persaudaraan yang sempat terkoyak.
Pemudik yang mengantre berjam-jam tiba-tiba disalip ambulans berisi pelancong, atau penipuan arisan yang menggerogoti tabungan warga jelang Lebaran, adalah bukti krisis empati. Islam seharusnya menjadi penawar racun individualisme semacam ini. Rasulullah SAW bersabda,
"Barangsiapa menipu, bukan dari golongan kami" (HR Muslim). Islam menanamkan konsep ukhuwah, bahwa setiap Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya.
Hari gerakan satu juta pohon yang diadakan di Bogor, Bekasi, dan Karawang menjadi arena kebersamaan lintas sosial dan agama. Para ulama terlibat dalam gerakan ini karena mereka paham bahwa merusak alam adalah dosa. Rasulullah SAW bersabda,
"Jika Kiamat akan terjadi sementara di tangan salah seorang dari kalian ada bibit pohon kurma, maka tanamlah" (HR Ahmad).