Oleh: Ivan Febriyanto
GRESIK, PustakaJC.co – Di tengah maraknya budaya berbuka puasa mewah, santri Pondok Pesantren Mambaus Sholihin justru tetap setia dengan tradisi kesederhanaan. Bukanlah perjamuan buka puasa prasmanan namun justru perjamuan makan bersama beralaskan daun pisang. Mereka duduk melingkar, menyantap nasi dan lauk seadanya beralaskan daun pisang. Apakah ini hanya soal hemat, atau ada nilai lebih yang mereka pegang?
Di dalam dapur sederhana itu, aroma masakan khas Ramadhan tercium kuat. Puluhan santri duduk melingkar, menunggu adzan magrib berkumandang. Di tengah-tengah mereka, daun pisang membentang sebagai alas makan, di atasnya nasi putih dan lauk pauk sederhana tersaji tanpa piring dan sendok.
"Kami memang diajarkan untuk hidup sederhana dan tidak berlebihan dalam segala hal, termasuk saat berbuka puasa," ujar Firhad, seorang santri yang dikenal jago membaca kitab kuning.