Oleh: Ivan Febriyanto
GRESIK, PustakaJC.co – Senja mulai meredup di langit Pondok Pesantren Mambaus Sholihin. Suasana berbuka puasa mulai mewarnai setiap sudut pesantren. Di kantin pondok sudah berjajar berbagai hidangan untuk para santri. Nasi dan lauk-pauk, sudah tertata rapi di atas daun pisang, begitupun dengan minuman seperti air putih serta teh manis, telah menanti untuk melegakan dahaga para santri.
Namun, tak satupun santri yang terlihat menikmati hidangan yang sudah tersedia. Bukan karena tidak lapar, tapi karena ada santapan lain yang lebih utama, yakni ilmu. Dalam tradisi para santri berbuka puasa bukan sekadar soal makan dan minum. Sebelum menikmati hidangan, para santri lebih dulu mengisi waktu dengan kajian dan diskusi keislaman. Tradisi ini bukan hanya menunggu bell Maghrib, tetapi juga menambah kedalaman ilmu dan iman.
Di antara lingkaran santri, Afif membuka diskusi. "Kalau kita bicara puasa, banyak orang hanya fokus pada menahan lapar dan haus. Padahal, puasa lebih dari itu. Apa ada yang ingat definisi puasa menurut fikih?" tanyanya.