Bumi Pesantren

Makna dan Larangan Rebo Wekasan, Tradisi Rabu Terakhir Bulan Safar di Jatim

Makna dan Larangan Rebo Wekasan, Tradisi Rabu Terakhir Bulan Safar di Jatim
Dok inside

SURABAYA, PustakaJC.co - Masyarakat muslim di beberapa wilayah termasuk Jawa Timur merayakan tradisi Rebo Wekasan. Tradisi ini dilaksanakan pada hari Rabu terakhir di bulan Safar dalam kalender Hijriah. Yuk, mengenal tradisi Rebo Wekasan.

 

Bagi masyarakat yang masih menjalankannya, tradisi Rebo Wekasan untuk menolak bala dan memohon perlindungan dari berbagai marabahaya. Rebo Wekasan 2024 sendiri akan jatuh pada Rabu 4 September 2024 atau bertepatan 30 Safar 1446 Hijriah.

 

Tradisi Rebo Wekasan merupakan perpaduan unik antara budaya lokal dan nilai-nilai Islam. Di balik ritual-ritualnya yang khas, Rebo Wekasan menyimpan makna mendalam sebagai wujud ketaatan kepada Allah SWT, sekaligus melestarikan warisan leluhur.

 

Salah satu versi menyebut, tradisi Rebo Wekasan berkaitan dengan proses Islamisasi di Indonesia. Para wali dan ulama terdahulu memperkenalkan tradisi ini sebagai sarana dakwah yang mengakomodasi kepercayaan lokal masyarakat Jawa.

 

Tradisi Rebo Wekasan mulai berkembang pada masa penyebaran Islam di Indonesia. Masyarakat Jawa kala itu meyakini hari Rabu terakhir di bulan Safar sebagai hari yang kurang baik dan mengundang banyak keburukan serta marabahaya.

 

Para wali kemudian menjadikan kepercayaan warga ini sebagai momentum untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. Tradisi Rebo Wekasan diisi dengan mengerjakan berbagai amalan kebaikan, mulai dari salat sunah, selamatan, hingga memperbanyak doa.

 

Rebo Wekasan memiliki makna mendalam bagi masyarakat yang masih melestarikannya. Tradisi ini bertujuan sebagai sarana tolak bala atau menangkal marabahaya yang dipercaya banyak terjadi pada bulan Safar.

 

Beberapa ulama, seperti yang dikutip dalam kitab Al-Risalah Al-Badi'ah, menyebutkan bahwa pada bulan Safar, AllahSWT menurunkan lebih dari 500 macam penyakit. Meski begitu, dalam Islam tidak ada dasar yang jelas tentang tradisi ini.

 

Selain sebagai upaya tolak bala, Rebo Wekasan juga menjadi momentum meningkatkan ketakwaan dan rasa syukur kepada Allah SWT. Melalui berbagai ritual dan amalan yang dilakukan, masyarakat berharap mendapatkan perlindungan dan keberkahan dari Allah SWT.

 

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an surat Hud ayat 90:

 

وَاسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ إِنَّ رَبِّي رَحِيمٌ وَوَدُودٌ

 

Artinya: Dan mohonlah ampunan kepada Tuhanmu, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sungguh, Tuhanku Maha Penyayang, Maha Pengasih. (QS. Hud: 90)

 

Ayat ini menjadi salah satu landasan spiritual dalam tradisi Rebo Wekasan, di mana umat Islam dianjurkan memperbanyak istighfar dan bertobat kepada Allah SWT. Di mana, hal ini sejalan dengan tradisi Rebo Wekasan yang dirayakan dengan memperbanyak ibadah.

 

Amalan dan Ritual dalam Rebo Wekasan

Dalam memperingati Rebo Wekasan, terdapat beberapa amalan dan ritual yang biasa dilakukan masyarakat. Amalan-amalan ini biasa dikerjakan masyarakat untuk memohon perlindungan dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

 

1. Mandi Tolak Bala

Sebagian masyarakat melakukan ritual mandi dengan air yang telah diberi doa-doa khusus. Ritual ini diyakini dapat membersihkan diri dari segala marabahaya.

 

2. Salat Sunah

Masyarakat juga mengisi tradisi Rebo Wekasan dengan melaksanakan salat sunah empat rakaat dengan niat salat mutlak. Dalam setiap rakaatnya dibaca doa-doa berikut ini.

 

Surat Al-Fatihah 1 kali

Surat Al-Kautsar 17 kali

Surat Al-Ikhlas 5 kali

Surat Al-Falaq 1 kali

Surat An-Nas 1 kali

Membaca Doa Khusus

Setelah salat, dibaca doa Rebo Wekasan yang cukup panjang. Doa ini berisi permohonan perlindungan dari segala marabahaya dan penyakit. Berikut doa Rebo Wekasan jika dilakukan sendirian.

 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ. اَللّهُمَّ يَا شَدِيدَ الْقُوى، وَيَا شَدِيدَ الْمِحَالَ، يَاعزِيزُ، يَا مَنْ ذَلَّتْ لِعِزَّتِكَ جَمِيع عَلَّقِكَ، اكْفِنِي مِنْ شَرِّ جَمِيع خَلْقِكَ، يَا مُحْسِنُ، يَا مُجملُ، يَا مُتفضِلُ، يَا مُنْعِمُ، يَا مُتَكَرِّمُ، يَا مَنْ لاَ إلهَ إِلَّا أَنْتَ، ارْحَمْنِي بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ. اَللّهُمَّ بِسِرِّ الْحَسَنِ، وَأَخِيْهِ، وَجَدِّهِ، وَأَبِيهِ، وَأُمِّهِ، وَبَنِيْهِ، اِكْفِنِي شَرَّ هَذَا الْيَوْمِ، وَمَا يَنْزِلُ فِيْهِ، يَا كَافِيَ الْمُهِمَّاتِ، يَا دَافِعَ الْبَلِيَّاتِ، فَسَيَكْفِيكَهُمُ اللَّهُ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ، وَحَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ، وَلَا حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيمِ، وَصَلَّى الله عَلى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.

 

3. Memperbanyak Istighfar

Sesuai dengan anjuran dalam Al-Qur'an, masyarakat dianjurkan untuk memperbanyak istighfar pada hari tersebut. Dengan memperbanyak istighfar, menggugurkan dosa-dosa yang telah lalu.

 

4. Sedekah dan Silaturahmi

Sebagai wujud rasa syukur, masyarakat juga dianjurkan untuk bersedekah dan memperkuat tali silaturahmi. Masyarakat Jawa biasanya juga menggelar selamatan untuk merayakan Rebo Wekasan.

 

Sementara itu, banyak orang yang meyakini adanya berbagai pantangan dan larangan yang harus dipatuhi untuk menghindari kesialan dan malapetaka. Berikut beberapa larangan dan pantangan di Hari Rebo Wekasan yang perlu diketahui.

 

1. Menghindari Keluar Rumah

Diyakini bahwa hari Rebo Wekasan merupakan hari yang penuh dengan energi negatif, sehingga banyak orang memilih mengurangi aktivitas di luar rumah. Sebaiknya, keluar rumah hanya dilakukan jika ada keperluan yang benar-benar mendesak. Hal ini untuk menghindari kemungkinan adanya kejadian yang tidak diinginkan.

 

2. Tidak Melakukan Perjalanan Jauh

Bepergian jarak jauh dianggap kurang baik pada hari Rebo Wekasan. Banyak orang yang mempercayai bahwa perjalanan di hari ini dapat membawa sial atau nasib buruk, bahkan kecelakaan. Oleh karena itu, mereka lebih memilih tetap berada di rumah dan menunda perjalanan hingga hari berikutnya.

 

3. Tidak Melakukan Aktivitas Berat dan Berbahaya

Melakukan pekerjaan berat atau berbahaya, seperti memanjat, menggunakan alat tajam, atau bekerja di tempat berisiko, juga dianggap tabu pada hari ini. Hal ini didasari kepercayaan bahwa hari Rebo Wekasan adalah hari yang rentan terhadap musibah, sehingga disarankan menghindari aktivitas yang bisa memperbesar risiko kecelakaan.

 

4. Tidak Mengadakan Pesta atau Perayaan

Mengadakan pesta atau perayaan besar dianggap kurang tepat pada hari Rebo Wekasan. Mengadakan acara penting seperti pernikahan, khitanan, atau acara besar lainnya pada hari Rebo Wekasan tidak dianjurkan.

 

Beberapa masyarakat percaya, acara yang diadakan pada hari ini tidak akan berjalan lancar atau bahkan bisa membawa malapetaka. Orang-orang juga percaya bahwa perayaan pada hari ini dapat membawa kesialan atau energi negatif.

 

5. Tidak Memulai Pekerjaan Baru ataupun Mengambil Keputusan Besar

Memulai pekerjaan baru, usaha, atau proyek besar pada hari Rebo Wekasan dianggap kurang baik. Banyak orang yang menunda pengambilan keputusan besar, seperti memulai bisnis baru, menandatangani kontrak penting, atau menikah pada hari Rebo Wekasan.

 

Hari ini dianggap kurang baik untuk memulai sesuatu yang baru atau mengambil keputusan penting. Jika dilanggar, hal ini bisa membawa kegagalan atau kesulitan dalam menjalankan usaha tersebut.

 

Semua larangan dan pantangan pada hari ini dipatuhi dan tidak dilanggar. Sebagai gantinya, banyak yang memilih berdoa dan mengadakan pengajian atau ritual keagamaan yang lebih tenang dan khusyuk. Masyarakat pun menggelar selamatan atau kenduri dengan membaca doa-doa.

 

Masyarakat juga percaya dengan menggelar tradisi Rebo Wekasan, seperti selamatan, akan menjauhkan dari bala dan malapetaka. Dengan begitu, tidak hanya mendapatkan berkah selalu dalam perlindungan Allah SWT, tetapi juga mendekatkan diri pada Yang Kuasa.(int) 

Baca Juga : Begini Jurus Kemenag Bentuk Great Teacher Madrasah
Bagikan :