"Kita memang perlu guidance dari para ulama. Karena dengan perkembangan digital, fenomena global, nilai-nilai transnasional yang juga menguji keutuhan sebagai bangsa, maka kita harus kembali kepada bimbingan para ulama. Yang kita juga tahu mereka mengantarkan bangsa ini kepada kemerdekaannya dulu," pungkas Emil.
Sementara itu, anak sulung Gus Dur Alissa Qotrunnada Munawaroh mengatakan bahwa nama, pemikiran, dan perjuangan Gus Dur masih menjadi inspirasi keteladanan bahkan selepas wafatnya 13 tahun lalu.
"Beliau adalah sosok yang multidimensi. Beliau humoris, beliau pemikir, beliau membela hak-hak minoritas, beliau pejuang demokrasi negara, beliau bahkan komentator sepakbola," lanjutnya.
Psikolog yang akrab disapa Ning Lisa itu turut bercerita, ayahnya dulu pernah mengingatkan keluarganya waktu yang dihabiskan dengan mereka akan sangat terbatas. Sebab, bagi Gus Dur, prioritasnya adalah Islam, Indonesia, NU, barulah keluarga.